CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »
Photobucket

Senin, 26 Januari 2009

Suka duka Rofiul Fatta berdakwah di kawasan pesisir. Menebar Syiar di Pulau Mengare

Berita Feature: 30 April 2007


Seperti biasa, malam menjelang isya, pria berusia setengah abad itu duduk-duduk santai di ruang tamu rumahnya. Sambil menunggu adzan isya dari masjid sebelah rumahnya, sengaja ia menyeruput teh hangat yang barusan dibuatkan sang istri. Setelah menikmati beberapa tegukan, tiba-tiba pria itu merasakan sakit yang teramat sangat pada lidahnya. Selain tak bisa digerakkan, lidahnya juga terasa terlilit seperti mau putus.



”Masyaallah, lidah saya sakit. Rasanya seperti terlilit tali...,” keluhnya merintih sambil beristighfar menahan rasa sakit yang melilit-lilit. Melihat keadaan yang ganjil seperti itu, istrinya pun tak kalah bingungnya sembari meminta bantuan dari tetangga.



Kejadian di atas dialami KH Ali Amin beberapa tahun silam. Ketika itu, Amin baru beberapa waktu menjadi pendakwah di Pulau Mengare, daerah pesisir ujung utara wilayah Kecamatan Bungah, Gresik, Jatim. Percaya atau tidak, santet atau tenung kerap kali masih terjadi di daerah ini. Tak terkecuali apa yang dialami Ali Amin seperti yang dituturkan Rofiul Fatta. Karena kebiasaan buruk seperti itulah yang membuat dai Program Dai Desa (PDD) Pusda-YDSF tergerak untuk mencoba merubahnya.



Menurut Fatta religiusitas warganya memang cukup bagus. Karena, mayoritas penduduknya adalah lulusan pesantren. Demikian juga tingkat ekonominya tergolong mapan. “Maklum, daerah ini selain termasuk wilayah pertambakan penghasil ikan bandeng dan sejenisnya banyak pula warganya yang jadi nelayan,” kata Fatta.



Meski warganya tampak religius, lanjut alumni LIPIA (Lembaga Ilmu Pendidikan Islam dan Bahasa Arab) Jakarta ini, ternyata mereka sangat mudah terpengaruh dan menjadi pengikut ajaran baru yang setiap kali masuk ke daerahnya.



Majelis Taklim dan Santunan Anak Yatim



Hal pertama yang dilakukan Fatta adala dengan membentuk simpul-simpul majelis taklim di beberapa tempat. Fatta mengatakan, di Pulau Mengare terdapat tiga desa yaitu Desa Tajungwidoro, Watu Agung dan Desa Kramat. Dan lahan pertama yang digarap adalah Desa Tajungwidoro.



Di desa berpenduduk kurang lebih 4500 ini, Fatta merintis beberapa taklim, seperti Langgar Depok, ibu PKK, dan muslimat. Selain itu, dengan bantuan pemuda desa, ia juga mengaktifkan pengajian remaja masjid jami’ setempat. “Ini hal paling penting, karena untuk menguatkan syiar Islam,” ujar pria dua anak yang pernah mengajar tujuh tahun di Pesantren Roudlotul Ulum di Ogan Komring Ilir, Sumatera Selatan ini, ketika dikunjungi Al Falah pertengahan April lalu.



Di tempat kelahirannya itu juga, mantan pengajar di Ma’had Ibnu Rusy’ di Cipondo, Tangerang ini pada awal 2002 lalu juga merintis Yayasan Al Wafiriyah, yang mengasuh sekitar 31 anak yatim. Yayasan ini juga mencoba bergerak di bidang sosial dan pengajian.



”Kita selalu berupaya dengan seringnya pengajian dan taklim yang digelar, masyarakat semakain tahu dan akhirnya merubah kebiasaan-kebiasaan menyimpang yang selama ini masih dilakukan,” urai Fatta, sembari mengungkapkan adanya beberapa kuburan tua yang sering dikunjungi warga untuk berdoa.



Sebagai pendakwah yang berada di pelosok, Rofiul Fatta seringkali juga mengisi pengajian di luar daerahnya seperti di beberapa perusahaan dan kantor-kantor pelayanan publik, termasuk juga di Rumah Tahanan (Rutan) Gresik. (naskah:a6/foto2:wirawan)

Komentar :

ada 0 comments ke “Suka duka Rofiul Fatta berdakwah di kawasan pesisir. Menebar Syiar di Pulau Mengare”

Total Tayangan Halaman