26 Februari 2009
Berita Utama
No CommentPartai Keadilan Sejahtera (PKS) selama ini dikenal sebagai partai urban dan modernis. Namun, pemilihan umum 2009 akan mencatat kejutan karena wajah rural dan tradisional, PKS mulai mencuat.
Hal itu terlihat dalam acara pelantikan DPC (Dewan Pengurus Cabang) dan DPRa (Dewan Pengurus Ranting) yang digelar di Sampang, Madura, Selasa (24/2). Acara tersebut dihadiri 1.000 kader dan simpatisan PKS yang menamakan diri sebagai Relawan 8 untuk Kebangkitan Madura.
KH. Abdurrahman Shaleh, Lc yang menjabat Ketua DPD PKS untuk Kabupaten Sampang menjelaskan, “Kami melantik 14 DPC baru di kabupaten Sampang dan 120 DPRa di berbagai kelurahan,” katanya.
Sementara di Bangkalan (18 DPC), Pamekasan (13) dan Sumenep (27), artinya seluruh kecamatan di Madura telah ada pengurus PKS-nya. Dari 29 kelurahan dan 959 desa di Pulau Garam, sudah terisi 357 DPRa, yakni 36,3%. Dalam satu bulan ke depan ditargetkan 90% kelurahan/desa telah terbentuk DPRa.
“Permohonan menjadi kader dan pengurus sangat banyak, selain itu juga kebutuhan saksi di Tempat Pemungutan Suara (TPS) amat mendesak,” ujar Abdurrahman, yang juga menjadi guru Pesantren Al-Ittihad al-Islamiyah, Camplong.
Acara tersebut dihadiri Moh Razikun, Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP PKS, yang dalam sambutannya menyatakan apresiasi atas kerja keras kader PKS. Banyak pengurus dan simpatisan yang harus menempuh perjalanan 50 kilometer lebih dengan naik motor atau angkutan umum.
“Masa depan PKS sangat ditentukan inisiatif dan kerja keras teman-teman di cabang dan ranting. Anda semua ujung tombak PKS untuk melakukan pelayanan dan pendekatan kepada kelompok tradisional yang menjadi basis baru PKS,” ujar Razikun. Karena itu, target perolehan suara 20% dalam pemilu tahun ini menjadi masuk akal berkat dukungan akar rumput.
Di antara hadirin juga tampak tokoh kiai setempat, antara lain KH Thoha Kholili (Pengasuh Ponpes Al-Muntaha Al-Kholiliyah, Bangkalan), KH Ainul Faqih (Ponpes Manbaul Ulum, Kedundung) dan KH Syaiful Bihar (Ponpes Al-Banna, Sokobanah).
Sejumlah kiai yang telah menyatakan dukungan terbuka kepada PKS, namun belum sempat hadir adalah KH Zain Abdurrahman (Pendiri Lembaga Darissalam, Pamekasan), KH Husain Arjas Jamad (Ponpes Raudlatul Amien, Kangean, Sumenep) dan KH Ad-Dailami (Ponpes Abu Hurairah, Sapeken, Sumenep). Mereka semua mewakili generasi baru para kiai yang mulai terbuka orientasi politiknya, tak lagi melihat PKS sebagai ancaman tradisi.
Calon Anggota DPR RI dari PKS Sapto Waluyo, menegaskan perluasan basis sosial tradisional menjadi garis kebijakan dalam Falsafah Dasar dan Platform Kebijakan Pembangunan PKS.
“PKS hadir untuk kepentingan seluruh umat dan bangsa. Mungkin pada awal didukung kalangan muda perkotaan dan terpelajar, namun saat ini setelah sepuluh tahun berkiprah, dukungan meluas hingga pelosok desa dan kota,” ungkap Sapto, yang masih tercatat sebagai Anggota Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) PKS.
Tokoh muda NU yang tergabung dalam PKS tak hanya berstatus penggembira, namun menempati posisi strategis dalam daftar Caleg DPRD II, misalnya A. Robik Jaizi (Dapil 2 Sampang) dan Imam Cahyono (Dapil 5 Sampang). Wakil NU di Bangkalan lebih banyak lagi Ennen Hamzah (Bangkalan-Kamal), Drs. Masduki (Galis-Tanah Merah), Nyai Musfiroh (Labang-Kwanyar), H. Mahally dan Ali Rachbini (Blega-Modung) yang semuanya memiliki jabatan struktural di MWC NU. Dengan spirit muda PKS, dinamika sosial Madura semakin bergairah.
Sapto Waluyo, sapto.waluyo@gmail.com
Beda Diskon Harga Mobil
-
Sepasang suami istri lanjut usia kembali ke dealer mobil Toyota dengan
wajah campuran frustrasi dan kecewa. Mereka sudah mengincar mobil tertentu,
tapi beg...
2 bulan yang lalu
Komentar :
Posting Komentar