CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »
Photobucket

Sabtu, 28 Februari 2009

Banjir gresik tetap jadi prioritas caleg PKS Gresik

Kalau bicara partai yang peduli tentu kita akan teringat PKS, hal ini bisa dilihat kemarin malam dimalam tanggal 1 maret 2009 di desa Penjangganan Bungah Gresik,ketika terjadi banjir kiriman yang menggenangi ratusaan penduduk disana, beberapa caleg PKS mulai dari propinsi Ir Muhammad rusli MMt,dan Ibu Siti Maemunah serta Ust Farid Dlofir Lc Msi selaku ketua wilayah dakwah Gresik Lamingan sekaligus caleg Dapil 1 memberikan semangat hidup dan taujihnya ditengah-tengah musibah yang mereka rasakan sekaligus disosialisasikan bagaimana cara memilih di tanggal 9 April besok


Banjir yang sudah berlangsung 2 hari terakhir telah menggangi ratusan warga disana , tapi tidak mengurangi perhatian para pengurus dan caleg PKS Gresik dengan menyempatkan bahkan mengutamakan korban banjir disana READMORE...

PKS: Adyaksa Pemimpin dari Timur!

01/03/09 00:04

INILAH.COM, Gorontalo - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bakal mengajukan nama Adyaksa Dault sebagai pemimpin alternatif dari wilayah Kawasan Indonesia Timur. Namun Menteri Negara Pemuda dan Olahraga ini harus bersaing dengan Hidayat Nur Wahid.


"Di samping Hidayat Nur Wahid, sosok Adyaksa Dault juga punya peluang besar sebagai calon pemimpin yang bakal kami usung. Soal siapa yang akan menjadi capres nantinya, itu urusan dewan syura PKS," ujar Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS Provinsi Gorontalo, Abdurrahman Bachmid, di Gorontalo.


Bachmid menambahkan, pihaknya akan terus berupaya agar Adyaksa Dault dapat masuk dalam bursa capres mendatang, meski saat ini terjadi aksi 'saling merapat' antara Jusuf Kalla (JK) dari Partai Golkar dengan Hidayat Nur Wahid dari PKS.


Menurut Bacmid, peluang Adyaksa sangat memungkinkan untuk menjadi alternatif pilihan. Apalagi bila terjadi perkembangan di luar dugaan, seperti misalnya Partai Golkar ternyata mengusung capres selain Jusuf Kalla.


"Misalkan Golkar ternyata mengusung Sultan sebagai capres, maka kami kira yang paling cocok untuk menjadi pendampingnya adalah Adyaksa Dault," katanya.


Keduanya digambarkannya sebagai pasangan serasi, ibarat rem dan gas kendaraan yang bisa membawa Indonesia ke masa depan yang lebih baik.


Dia mengatakan, pernyataan untuk mendukung putra pengacara terkenal HM Dault itu akan lebih dipertegas oleh PKS setempat, saat kunjungan Adyaksa ke Gorontalo pada 8 Maret mendatang. [*/P1]
READMORE...

Jumat, 27 Februari 2009

Golkar-PKS Siap Usung Kalla Sebagai Capres




Berbalas Pantun Saat Bertemu

JAKARTA - Embrio koalisi mulai muncul. Jusuf Kalla yang telah menyatakan berpisah dengan SBY kini mendapat pelabuhan koalisi yang baru. Kemarin calon presiden dari partai beringin itu memenuhi undangan PKS menghadiri diskusi di Kantor DPP PKS di Jakarta Selatan.

Diskusi Ke Mana Arah Koalisi Pasca Pemilu itu tampaknya hanya bungkus dari balik pendekatan koalisi. Kedua pihak pun tanpa ragu-ragu menyatakan hasrat membangun ikatan.

Bagaikan acara pinangan, kedua pihak bertemu dengan berpantun. ''Kalau datang ke Kota Padang, mampir ke Solok untuk membeli beras. Kalau JK datang ke Mampang, maka isyarat sudah jelas,'' kata Presiden PKS Tifatul Sembiring menyambut kedatangan Kalla yang disambut tepuk tangan.

Sebagai tamu, Kalla tak mau kalah. Begitu diberi kesempatan bicara, Kalla lantas berbalas pantun. ''Bukan ladang sembarang ladang. Ladang banyak jerami. Bukan datang sembarang datang. Tapi datang mempererat silaturahmi,'' katanya lantas diikuti tepuk tangan hadirin.

Ketua umum Partai Golkar itu didampingi pejabat partai berlambang beringin. Mereka, antara lain, anggota Dewan Pembina Golkar Fahmi Idris, Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso, dan Burhanuddin Napitupulu.

Kalla duduk bersama Tifatul Sembiring dan anggota Dewan Syura PKS yang juga Ketua MPR Hidayat Nurwahid. Tifatul mengatakan, figur Kalla sesuai dengan kondisi dunia saat ini. Sekarang dunia sedang didera krisis finansial global. Namun, Kalla dengan tim ekonominya mampu menghadapi krisis dengan cerdas.

PKS, kata Tifatul, sebenarnya juga sudah punya kandidat capres. Yakni, Hidayat Nurwahid. Bahkan, nama tersebut sudah didengungkan sebagai capres dari PKS. ''Tapi, kalau kita kompromi, bisalah,'' katanya lantas terkekeh.

Mendapat tawaran seperti itu, Kalla mengatakan, koalisi antara PKS dan Golkar sebenarnya sudah lama terbangun. Dia ingat saat mengajak PKS untuk berkoalisi mendukung pemerintahan. Ketika itu dia melihat PKS memiliki visi membangun bangsa. ''Saya katakan kepada mereka, kalau membangun bangsa, kenapa dari luar. Membangun bangsa lebih baik dari dalam,'' katanya.

Akhirnya, kata Kalla, hingga kini PKS dan Golkar mampu terus bersinergi membangun bangsa. ''Meski memang, sebelumnya satu, kita berdebat. Memang begitu, tapi kalau sudah keputusan kita satu lagi,'' katanya.

Dia lantas mencontohkan swasembada beras yang sudah terbangun. Dia mengatakan, swasembada beras terwujud karena ada instruksi presiden, kemudian dilakukan oleh menteri pertanian yang didukung oleh anggota dewan dari Partai Golkar.

''Boleh-boleh saja itu diklaim oleh PKS. Saya katakan kepada presiden, semakin banyak yang mengklaim keberhasilan, berarti pemerintah semakin bagus. Itu justru menunjukkan keberhasilan pemerintah saat ini,'' katanya.

Kalla menuturkan, sejarah politik kepartaian di Indonesia selalu berulang. Dia mencontohkan sistem kepartaian. Awalnya, sistem multipartai berjalan. Namun, lambat laun sistem itu berubah menjadi hanya tiga partai. ''Kemudian, sekarang kembali lagi menjadi multipartai. Nah, nanti pun bisa jadi kembali hanya beberapa partai,'' katanya.

Kata Kalla, dengan sistem multipartai seperti sekarang ini, satu partai tak mungkin mendapatkan suara hingga 50 persen. ''Kalau zaman tiga partai mudah sekali. Kalau sekarang susah. Koalisi saat ini adalah kemutlakan,'' katanya.

Mau tidak mau, kata dia, partai harus berkoalisi agar memperoleh persentase suara yang signifikan. Namun, koalisi yang dijalankan tidak semata koalisi. Harus ada kesepakatan prinsip dan tujuan antarpartai yang berkoalisi. Nah, Kalla menilai, PKS dan Golkar secara fundamental memiliki kesamaan satu sama lain.

''Golkar dan PKS memiliki kesepakatan mengenai kesejahteraan. Golkar memahami bahwa kesejahteraan dicapai dengan bekerja dan berkarya. Kalau PKS, ya sudah lengkap itu. Keadilan dan kesejahteraan sudah ada di situ kan. Jadi, sama-samalah kita ini. Secara fundamental sama,'' katanya lantas diiringi tepuk tangan hadirin.

Kalla menambahkan, sebagai pengusaha yang berada di pemerintahan dia selalu berlaku profesional. ''Profesional itu kan artinya berurutan. Dulu, saya menjabat menteri perdagangan, tapi enam bulan kemudian dipecat oleh Gus Dur. Kemudian, jadi Menko Kesra, ya sedikit naik pangkat lah. Sekarang jadi Wapres. Saya tidak tahu setelah ini,'' katanya.

Dia juga mulai menafikan mitos mengenai presiden harus berasal dari Jawa. Beberapa waktu lalu dia sempat berkunjung ke salah satu kiai di Jatim. Di sana salah seorang kiai marah kepada dirinya. Kiai itu tidak terima tuduhan bahwa orang Jawa hanya memilih presiden dari Jawa.

''Kiai mengatakan, kalau orang Jawa berpikir seperti itu, berarti kami ini (suku Jawa, Red) diskriminatif,'' katanya. ''Saya nurut saja. Biasanya kalau kiai sudah ngomong tidak bisa dibantah,'' imbuhnya.

Isyarat senada diungkapkan Hidayat Nurwahid. Mantan presiden PKS itu mengatakan, polemik yang mengatakan bahwa Partai Golkar dan PKS berbeda secara ideologi sudah bukan zamannya lagi. Karena itu, koalisi dengan Golkar bagi PKS sangat mungkin dijalin.

Namun, Tifatul mengatakan, pertemuan tersebut belum final. Sebab, masih akan ada lagi pembicaraan berikutnya. Apalagi, menurut Tifatul, Golkar belum memutuskan secara definitif siapa capres mereka. ''Hari ini masih ada dua suara di Golkar,'' katanya.

PKS sendiri, kata Tifatul, menargetkan dukungan di parlemen sebesar 40 persen. Sebab, itu angka aman bagi stabilitas pemerintahan. Karena itu, koalisi dengan partai lain masih terus dijajaki.(aga/tof)

READMORE...

Kiai Muda NU Dukung PKS

26 Februari 2009
Berita Utama

No CommentPartai Keadilan Sejahtera (PKS) selama ini dikenal sebagai partai urban dan modernis. Namun, pemilihan umum 2009 akan mencatat kejutan karena wajah rural dan tradisional, PKS mulai mencuat.

Hal itu terlihat dalam acara pelantikan DPC (Dewan Pengurus Cabang) dan DPRa (Dewan Pengurus Ranting) yang digelar di Sampang, Madura, Selasa (24/2). Acara tersebut dihadiri 1.000 kader dan simpatisan PKS yang menamakan diri sebagai Relawan 8 untuk Kebangkitan Madura.

KH. Abdurrahman Shaleh, Lc yang menjabat Ketua DPD PKS untuk Kabupaten Sampang menjelaskan, “Kami melantik 14 DPC baru di kabupaten Sampang dan 120 DPRa di berbagai kelurahan,” katanya.

Sementara di Bangkalan (18 DPC), Pamekasan (13) dan Sumenep (27), artinya seluruh kecamatan di Madura telah ada pengurus PKS-nya. Dari 29 kelurahan dan 959 desa di Pulau Garam, sudah terisi 357 DPRa, yakni 36,3%. Dalam satu bulan ke depan ditargetkan 90% kelurahan/desa telah terbentuk DPRa.

“Permohonan menjadi kader dan pengurus sangat banyak, selain itu juga kebutuhan saksi di Tempat Pemungutan Suara (TPS) amat mendesak,” ujar Abdurrahman, yang juga menjadi guru Pesantren Al-Ittihad al-Islamiyah, Camplong.

Acara tersebut dihadiri Moh Razikun, Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP PKS, yang dalam sambutannya menyatakan apresiasi atas kerja keras kader PKS. Banyak pengurus dan simpatisan yang harus menempuh perjalanan 50 kilometer lebih dengan naik motor atau angkutan umum.

“Masa depan PKS sangat ditentukan inisiatif dan kerja keras teman-teman di cabang dan ranting. Anda semua ujung tombak PKS untuk melakukan pelayanan dan pendekatan kepada kelompok tradisional yang menjadi basis baru PKS,” ujar Razikun. Karena itu, target perolehan suara 20% dalam pemilu tahun ini menjadi masuk akal berkat dukungan akar rumput.

Di antara hadirin juga tampak tokoh kiai setempat, antara lain KH Thoha Kholili (Pengasuh Ponpes Al-Muntaha Al-Kholiliyah, Bangkalan), KH Ainul Faqih (Ponpes Manbaul Ulum, Kedundung) dan KH Syaiful Bihar (Ponpes Al-Banna, Sokobanah).

Sejumlah kiai yang telah menyatakan dukungan terbuka kepada PKS, namun belum sempat hadir adalah KH Zain Abdurrahman (Pendiri Lembaga Darissalam, Pamekasan), KH Husain Arjas Jamad (Ponpes Raudlatul Amien, Kangean, Sumenep) dan KH Ad-Dailami (Ponpes Abu Hurairah, Sapeken, Sumenep). Mereka semua mewakili generasi baru para kiai yang mulai terbuka orientasi politiknya, tak lagi melihat PKS sebagai ancaman tradisi.

Calon Anggota DPR RI dari PKS Sapto Waluyo, menegaskan perluasan basis sosial tradisional menjadi garis kebijakan dalam Falsafah Dasar dan Platform Kebijakan Pembangunan PKS.

“PKS hadir untuk kepentingan seluruh umat dan bangsa. Mungkin pada awal didukung kalangan muda perkotaan dan terpelajar, namun saat ini setelah sepuluh tahun berkiprah, dukungan meluas hingga pelosok desa dan kota,” ungkap Sapto, yang masih tercatat sebagai Anggota Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) PKS.

Tokoh muda NU yang tergabung dalam PKS tak hanya berstatus penggembira, namun menempati posisi strategis dalam daftar Caleg DPRD II, misalnya A. Robik Jaizi (Dapil 2 Sampang) dan Imam Cahyono (Dapil 5 Sampang). Wakil NU di Bangkalan lebih banyak lagi Ennen Hamzah (Bangkalan-Kamal), Drs. Masduki (Galis-Tanah Merah), Nyai Musfiroh (Labang-Kwanyar), H. Mahally dan Ali Rachbini (Blega-Modung) yang semuanya memiliki jabatan struktural di MWC NU. Dengan spirit muda PKS, dinamika sosial Madura semakin bergairah.

Sapto Waluyo, sapto.waluyo@gmail.com
READMORE...

Total Tayangan Halaman